Islamic Relief Indonesia Angkat Inovasi Transformasi Mustahik Jadi Muzakki di Forum Internasional ICBMR 2025 Yogyakarta

TOPNEWS62.COM, YOGYAKARTA – Islamic Relief Indonesia (YRII) melalui CEO-nya, Nanang Subana Dirja, bersama Prof. Dr. Muhammad M. Said, S.Ag., M.Ag., Ketua Dewan Syariah YRII, memaparkan hasil riset dan implementasi program Islamic Ultra Poor Graduation (IUPG) dalam forum bergengsi International Conference on Business and Management Research (ICBMR) 2025. Forum bertema “Redefining Impactful Business Management in the AI Era” ini diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) bekerja sama dengan Lilly Family School of Philanthropy, Indiana University, USA, di Yogyakarta pada 15–16 Oktober 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Nanang menjelaskan bahwa pendekatan IUPG merupakan model inovatif pemberdayaan masyarakat berbasis zakat produktif yang bertujuan mentransformasi mustahik (penerima zakat) menjadi muzakki (pembayar zakat). Model ini mengintegrasikan konsep Ultra Poor Graduation yang dikembangkan oleh BRAC di Bangladesh dengan prinsip ekosistem ekonomi Islam (Islamic Economic Ecosystem) untuk memperkuat daya tahan ekonomi, spiritual, dan sosial masyarakat miskin ekstrem di Indonesia.
“Kami ingin menunjukkan bahwa zakat bukan hanya alat bantu konsumtif, tetapi bisa menjadi modal produktif yang mengubah nasib. Melalui IUPG, kami mendampingi para mustahik agar mampu bertransformasi menjadi mandiri, bahkan menjadi muzakki yang memberi kembali untuk masyarakat,” ujar Nanang Subana Dirja, CEO Islamic Relief Indonesia.
Program IUPG pertama kali diimplementasikan Islamic Relief Indonesia di Desa Perigi, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, sejak Agustus 2024. Hingga kini, lebih dari 1.000 rumah tangga telah mengikuti pelatihan, mentoring, dan pendampingan usaha berbasis zakat produktif dengan dukungan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) setempat. Sebanyak 600 keluarga di antaranya berhasil mengembangkan usaha produktif dengan peningkatan nilai aset yang signifikan.
Salah satunya Ibu Rohanah, warga Desa Perigi yang sukses mengembangkan usaha ternak kambing. Berawal dari bantuan modal sebesar Rp6,9 juta, kini ia mampu menggandakan ternaknya dari empat menjadi sembilan ekor dalam waktu enam bulan, dan menargetkan kepemilikan 40 ekor kambing dalam empat tahun ke depan. Tidak hanya dari sisi ekonomi, peningkatan spiritual juga terlihat dari komitmennya menunaikan zakat, sedekah, serta berbagi hasil panen kepada tetangga yang membutuhkan.
“Transformasi ini tidak hanya soal peningkatan ekonomi, tapi juga kebangkitan spiritual dan sosial. Ketika seseorang yang dulunya penerima zakat kini bisa menunaikan zakat, di situlah kesejahteraan sejati tercapai,” tambah Nanang.
Pendekatan IUPG memadukan transfer aset produktif, pelatihan keterampilan, literasi keuangan syariah, serta pendampingan intensif. Dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dikelola secara produktif terbukti mampu menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman berbunga tinggi dan memperkuat kemandirian ekonomi keluarga.
Melalui forum internasional ICBMR 2025, Islamic Relief Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendorong model IUPG sebagai praktik baik (best practice) pengentasan kemiskinan berbasis syariah yang sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 dan Sustainable Development Goals (SDGs).