Home > Gaya Hidup

Gelisah, Kenapa Bisa Melanda?

Sumber ketenangan bukanlah kendali atas keadaan, melainkan kepasrahan kepada Sang Pengendali kehidupan.
Dok. Mas Imam Nawawi
Dok. Mas Imam Nawawi

TOPNEWS62.COM, DEPOK — Hidup tidak selalu berjalan tenang. Ada masa-masa di mana jiwa terasa gelisah tak nyaman, tak menentu, bahkan kehilangan arah. Gelisah adalah kondisi emosional ketika hati terasa tertekan oleh kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan terhadap sesuatu yang belum pasti.

Nabi Muhammad SAW pun pernah merasakan kegelisahan, ketika wahyu sempat terhenti turun dari Allah SWT. Tentu saja, kegelisahan beliau berbeda dari manusia pada umumnya — lebih kepada kerinduan mendalam akan petunjuk Ilahi.

Dalam perspektif psikologi Barat, John Altrocchi dalam bukunya “Abnormal Behavior” mendefinisikan kegelisahan sebagai perasaan tidak menyenangkan yang muncul akibat kondisi yang mengguncang batin. Sementara itu, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa kegelisahan merupakan gangguan perasaan yang timbul karena adanya gangguan pada kesehatan mental.

Saya — dan mungkin juga Anda — pernah, atau bahkan sering, merasa gelisah: khawatir akan masa depan, takut hidup tanpa makna, atau dirundung pikiran negatif. Lalu, apa sebenarnya jalan keluar dari kegelisahan itu?

Penyakit Hati

Syauqi Abdillah Zein dalam bukunya “Usir Gelisah dengan Ibadah” menegaskan pada bab pertama bahwa “Kegelisahan, Kecemasan, dan Kekhawatiran adalah Penyakit Hati.” Artinya, hati yang sering dilanda gelisah adalah hati yang sedang tidak sehat — dan setiap penyakit tentu memerlukan obat.

Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah bahwa dalam diri manusia ada segumpal daging; jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.”

Maka, ketika hati sakit, perilaku pun ikut menyimpang. Kita bisa melihat contohnya dalam dunia politik: mengapa ada yang memilih korupsi meski tahu itu salah? Karena hatinya sakit. Ia meyakini bahwa sumber ketenangan adalah harta, bukan Allah. Akibatnya, seluruh hidupnya dipersembahkan untuk mengejar harta, meski dengan cara yang haram.

Imam Al-Ghazali — sebagaimana dikutip Syauqi Abdillah Zein — berpendapat bahwa siapa yang taat kepada Allah, hatinya akan bersih dan tenang. Sebaliknya, siapa yang bermaksiat, hatinya akan menjadi gelap.

Dua Kunci Berantas Kegelisahan

Lalu, bagaimana kita mengobati penyakit hati seperti kegelisahan? Kuncinya ada dua: sabar dan shalat.

Sabar berarti tetap yakin kepada Allah meski kenyataan hidup terasa berat dan sulit dihadapi. Shalat adalah wujud keyakinan dan permohonan kita kepada Allah, sumber segala pertolongan dan kekuatan.

Secara filosofis, kedua kunci ini mengajarkan bahwa solusi dari setiap kesulitan hanya ada pada Allah. Manusia, dengan segala kelemahannya, tidak mampu menenangkan hati dengan kekuatannya sendiri.

Maka, ketika kegelisahan datang, segeralah bersabar dan dirikan shalat. Karena di situlah ketenangan sejati akan ditemukan. Namun bila seseorang terus gelisah dan tidak menempuh dua jalan ini, maka kegelisahan akan terus menguasai hidupnya — hingga hatinya benar-benar lelah.

Sumber ketenangan bukanlah kendali atas keadaan, melainkan kepasrahan kepada Sang Pengendali kehidupan. ✨

Mas Imam Nawawi

× Image