Home > Nasional

Pesantren Harus Bebas dari Kekerasan, Menteri PPPA Tegaskan Komitmen pada Peringatan Hari Santri Nasional

Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA juga menyoroti tantangan perlindungan anak di era digital. Ia mengingatkan para santri agar bijak menggunakan internet, karena ruang digital dapat membuka peluang terjadinya perundungan hingga eksploitasi seksu
Dok. kementerian PPPA
Dok. kementerian PPPA

TOPNEWS62.COM, KEDIRI — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan di pesantren. Hal itu disampaikan dalam Seminar Pesantren Ramah Anak di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, dalam rangka Peringatan Hari Santri Nasional 2025.

“Pesantren memiliki peran strategis dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia yang berakhlak dan berjiwa kebangsaan. Perlindungan anak merupakan hal esensial jika kita ingin mencapai Indonesia yang maju,” ujar Menteri Arifah.

Ia menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan pesantren menjadi langkah penting agar setiap anak mendapatkan hak atas pendidikan yang aman dan terbebas dari segala bentuk kekerasan.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA juga menyoroti tantangan perlindungan anak di era digital. Ia mengingatkan para santri agar bijak menggunakan internet, karena ruang digital dapat membuka peluang terjadinya perundungan hingga eksploitasi seksual daring.

Kementerian PPPA terus memperkuat penerapan Pesantren Ramah Anak — yaitu pesantren yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak anak, serta menumbuhkan budaya pengasuhan tanpa kekerasan. Beberapa langkah strategis tengah dijalankan, di antaranya:

  • Integrasi prinsip perlindungan anak ke dalam tata kelola pesantren bersama Kementerian Agama.
  • Pelatihan pengasuh dan ustadz tentang pengasuhan tanpa kekerasan.
  • Pembentukan Satgas Perlindungan Anak Pesantren (Satgas PAP).
  • Penguatan sistem pelaporan kekerasan berbasis pesantren melalui layanan SAPA 129 dan SIMFONI PPA.

“Penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak membutuhkan kerja sama semua pihak. Upaya pencegahan harus menjadi prioritas agar kekerasan tidak terjadi di lingkungan pesantren maupun di tempat lainnya,” tegas Arifah.

Menteri PPPA juga memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Kediri dan pimpinan Pesantren Lirboyo atas komitmennya dalam mendidik generasi muda Indonesia. “Pesantren Ramah Anak adalah cermin tekad kita membangun Indonesia yang beradab dan berkeadilan. Mari jadikan pesantren sebagai rumah kasih bagi anak-anak kita,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk terus bersinergi dengan pondok pesantren. “Kita ingin setiap santri belajar dengan tenang dan tumbuh dalam kasih sayang. Anak yang tumbuh di lingkungan aman akan menjadi generasi yang kuat, berilmu, dan berakhlak mulia,” katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, menambahkan bahwa pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tetapi juga wadah pembentukan akhlak dan adab. “Akhlak adalah modal utama agar seseorang diterima di masyarakat. Karena itu, pesantren harus dibangun dalam suasana penuh kasih, saling menghormati, dan bebas dari kekerasan,” ujarnya.

Dalam rangkaian acara tersebut, Pesantren Lirboyo juga menerima bantuan satu ton ikan laut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta beasiswa pendidikan bagi santri berprestasi dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan PT Grab Indonesia.

× Image