Home > Nasional

Wapres Jusuf Kalla: Dai Harus Mampu Bangun Umat Secara Spiritual dan Ekonomi

JK mengapresiasi kiprah panjang Hidayatullah yang selama setengah abad berjuang dari bawah. Ia menyebut perjuangan para dai yang tersebar di pelosok tanah air sebagai amal ibadah luar biasa.
Dok. Hidayatullah
Dok. Hidayatullah

TOPNEWS62.COM, JAKARTA — Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla (JK), menegaskan pentingnya peran dai dalam membangun umat secara utuh, tidak hanya dari sisi spiritual, tetapi juga dalam peningkatan kemampuan ekonomi dan produktivitas masyarakat.

Pesan tersebut disampaikan JK dalam sambutannya pada penutupan Musyawarah Nasional (Munas) ke-6 Hidayatullah yang berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, 20–23 Oktober 2025. Ia menekankan bahwa kader Hidayatullah perlu dibekali dua modal utama yang saling melengkapi.

“Kader Hidayatullah harus diberikan dua modal: ilmu agama dan ilmu untuk memajukan masyarakat. Ilmu agama berbicara tentang keimanan dan akhlak, tetapi kemajuan hanya bisa dicapai dengan semangat, ilmu, dan teknologi,” ujar Jusuf Kalla di hadapan peserta Munas.

JK mengapresiasi kiprah panjang Hidayatullah yang selama setengah abad berjuang dari bawah. Ia menyebut perjuangan para dai yang tersebar di pelosok tanah air sebagai amal ibadah luar biasa.

“Saya baca buku tentang para dai Hidayatullah yang ditempatkan di daerah terpencil. Bagaimana mereka memulai, mengajak orang mengaji, dan membangun masyarakat. Semua itu adalah amal ibadah yang besar,” tuturnya.

Menurut JK, kekuatan Hidayatullah justru terletak pada semangat dakwah yang tumbuh dari akar rumput.

“Hidayatullah berada di antara NU dan Muhammadiyah. Cara berjuangnya mirip keduanya, tetapi memiliki ciri khas: selalu mulai dari bawah,” ujarnya.

Dalam pandangan JK, kemajuan umat Islam tidak cukup hanya dengan kesalehan individu, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan ekonomi dan penguasaan ilmu pengetahuan.

“Tidak ada orang membayar zakat tanpa mampu. Tidak ada orang naik haji tanpa mampu,” tegasnya. “Karena itu, umat harus bersemangat bukan hanya beribadah, tapi juga bekerja meningkatkan kualitas hidup.”

Ia mengingatkan, rukun Islam tidak berhenti pada syahadat, shalat, dan puasa.

“Kita sering baru melaksanakan tiga rukun Islam, belum lima. Untuk bisa menunaikan zakat dan haji, kita harus mampu. Jadi tugas dakwah juga memampukan masyarakat,” jelas Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu.

JK juga menekankan pentingnya pola dakwah yang produktif dan solutif.

“Para dai jangan hanya mengajarkan Al-Qur’an, tapi juga bagaimana rakyat bisa meningkatkan hasilnya. Ajarkan juga bertani, berkebun, berusaha,” ujarnya. “Itulah yang memajukan umat. Dulu misionaris di Papua dan Toraja maju karena mereka juga mengajarkan kemampuan dan kesehatan masyarakat.”

Ia menambahkan, pendidikan yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu praktis sangat penting dalam menciptakan generasi unggul.

“Kalau Hidayatullah membangun sekolah yang baik dan berkualitas, pemerintah pasti mendukung. Karena pendidikan berkualitas akan membawa kemajuan,” kata JK, sambil mencontohkan sekolah Muhammadiyah di Australia yang mendapat dukungan pemerintah setempat.

Dalam bagian akhir pidatonya, JK menyoroti kesenjangan ekonomi umat Islam di Indonesia.

“Kita bangsa dengan umat Islam terbesar di dunia, tapi ekonomi kita masih lemah. Dari sepuluh orang terkaya di Indonesia, hanya satu yang Muslim. Ini realitas yang harus diubah,” tegasnya.

Ia menutup dengan pesan agar dakwah dilakukan secara bijak dan nyata.

“Zikir saja tidak cukup tanpa amal nyata. Kita diperintahkan bertebaran di muka bumi mencari rezeki dan rahmat Allah,” kata JK.

Menutup sambutannya, JK memberikan apresiasi atas kiprah Hidayatullah yang genap berusia 50 tahun.

“Setengah abad bukan waktu yang sebentar. Pengalaman Hidayatullah dalam mendidik umat luar biasa. Saya berharap ke depan, organisasi ini terus berperan besar dalam membangun keimanan sekaligus memajukan kemampuan umat,” pungkasnya.

× Image