Krisis Air Bersih Ancam Warga Jatigede, Dompet Dhuafa dan IKA Fikom Unpad Lakukan Tinjauan Lapangan

TOPNEWS62.COM, SUMEDANG – Krisis air bersih masih menjadi persoalan mendesak bagi warga di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Menyikapi kondisi tersebut, Dompet Dhuafa bersama IKA Fikom Unpad (Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran) berkolaborasi melakukan peninjauan langsung ke wilayah terdampak, bekerja sama dengan pihak Kecamatan Jatigede.
Peninjauan dilakukan dengan menilik kondisi sanitasi dan pengolahan air bersih yang dinilai cukup memprihatinkan. Pengolahan air di kawasan ini masih terbatas menggunakan mesin penyedot yang menyalurkan air melalui pipanisasi menuju kolam penampungan berkapasitas sekitar 20.000 liter. Namun, kondisi air di penampungan masih tampak berbuih karena sistem filtrasi belum optimal dan diduga bercampur limbah.
Camat Jatigede Koswara mengatakan, kebutuhan air bersih di wilayahnya sangat krusial. “Kami masih mengandalkan pompa air dari Waduk Jatigede dan sungai sekitar, tapi belum mampu mencukupi kebutuhan warga. Di Desa Cijeunjing saja, lebih dari 2.000 jiwa membutuhkan air bersih untuk MCK, air minum, wudhu, hingga pertanian,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).
Menurut Koswara, kondisi geografis Jatigede yang berbatu membuat sumber air sulit ditemukan. “Untuk mengebor sumur dengan kedalaman 200–300 meter saja butuh tenaga dan biaya besar. Selain kerasnya batuan, kedalaman tanah menjadi tantangan tersendiri,” tambahnya.
Kecamatan Jatigede memiliki 11 desa, di antaranya Cijeunjing, Cintajaya, Cipicung, Ciranggem, Cisampih, Jemah, Kadu, Kadujaya, Karedok, Lebaksiuh, dan Mekarasih. Warga Kadujaya yang berbatasan dengan Majalengka bahkan harus mengandalkan embung buatan untuk menampung air hujan demi mengairi lahan pertanian, terutama perkebunan mangga yang kini produksinya terus menurun akibat kekeringan dan perubahan cuaca.
Krisis air bersih juga berdampak pada perilaku hidup masyarakat. Masih banyak warga yang melakukan buang air besar (BAB) di kebun atau tanah lapang. Sementara itu, keterbatasan air turut menghambat pemenuhan gizi balita karena warga harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli air bersih.
Dosen Fikom Unpad Syauqi menyampaikan bahwa langkah kolaborasi ini merupakan awal dari program strategis untuk membantu masyarakat. “Kami berharap inisiatif bersama ini menjadi jembatan kebaikan dalam mewujudkan kesejahteraan warga Jatigede dan sekitarnya,” ujarnya.
Senada dengan itu, Pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Barat Yogi Achmad Fajar menuturkan pihaknya akan menindaklanjuti hasil peninjauan dengan perencanaan konkret. “Kami akan mencari solusi terbaik untuk mengatasi krisis air bersih di Jatigede. Hari ini kami juga menyerahkan puluhan Al-Qur’an sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan program keagamaan di wilayah tersebut,” katanya.
Yogi menambahkan, kolaborasi ini menjadi bagian dari upaya menyalurkan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf kepada penerima manfaat yang tepat sasaran. “Kekurangan air bersih telah memengaruhi kehidupan warga dari aspek ekonomi hingga kesehatan. Semoga gerakan ini menggugah lebih banyak pihak untuk bersama menghadirkan akses air bersih yang layak bagi masyarakat Jatigede,” pungkasnya.