Home > Filantropi

Aksi Progresif BMH: Santri Menjaga Bumi, Menjembatani Kebaikan

Para santri kini tidak lagi sekadar penerima manfaat, melainkan agen perubahan yang membawa harapan. Salah satunya, Novaanak yatim binaan BMH yang bersemangat menanam bibit pohon sambil menumbuhkan cita-citanya menjadi seorang guru.
Dok. BMH
Dok. BMH

TOPNEWS62.COM, CIREBON – Di tengah derasnya arus modernisasi, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terus menunjukkan kiprahnya sebagai lokomotif progresif yang tidak hanya bergerak di bidang filantropi, tetapi juga merajut narasi hijau yang berpadu dengan nilai spiritualitas.

“Melalui gerakan Mari Menanam Kembali ini, BMH merespons tantangan lingkungan secara nyata, dengan melibatkan para santri sebagai garda depan kebaikan lingkungan,” ujar Koordinator BMH ULZ Cirebon, Asep Juhana, Senin (14/10).

Dalam kegiatan tersebut, BMH menyerahkan berbagai bibit tanaman seperti alpukat, jambu biji, mahoni, dan tabebuya. Kegiatan ini bukan sekadar seremoni penanaman, melainkan sebuah deklarasi bahwa pendidikan pesantren harus menyatu dengan kepedulian ekologis.

Dari Spiritualitas Menuju Literasi Alam

Kolaborasi ini turut melibatkan Kang Zeze, Founder Sekolah Alam Bratakasian sekaligus pegiat literasi yang juga Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Jawa Barat. Ia menyebut bahwa program ini menjadi kelanjutan dari dampak nyata kiprah BMH sebelumnya, yakni pembangunan tajug atau mushola.

“Ini menunjukkan kesinambungan dampak — dari literasi spiritual hingga literasi alam,” ungkap Kang Zeze dengan bangga.

Momentum ini juga bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Santri Nasional, menjadikannya semakin bermakna. Dalam kesempatan tersebut, BMH juga meluncurkan Program Agen Kebaikan, yang dirancang sebagai jembatan progresif antara dunia santri dan aktivisme lingkungan.

Sinergi untuk Pembangunan Berkelanjutan

Program ini mendapat dukungan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Cimanuk-Citanduy, dan difokuskan pada tiga pilar utama: kelestarian alam, peningkatan gizi santri, dan ketahanan pangan.

Langkah BMH ini bukan lagi sekadar gerakan sosial, tetapi telah menjadi model pembangunan berkelanjutan berbasis nilai-nilai keislaman dan kemandirian pesantren.

Para santri kini tidak lagi sekadar penerima manfaat, melainkan agen perubahan yang membawa harapan. Salah satunya, Nova—anak yatim binaan BMH—yang bersemangat menanam bibit pohon sambil menumbuhkan cita-citanya menjadi seorang guru.

Asep Juhana menegaskan, kolaborasi lintas sektor seperti ini diharapkan mampu menciptakan dampak kebaikan yang berlipat ganda, menuju kehidupan yang lebih baik, lestari, dan berkesinambungan.*/Herim

× Image