Belajar Kalah dan Kedewasaan Berbangsa: Amanat Prabowo di Munas PKS

TOPNEWS62.COM, JAKARTA — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pesan sarat makna dalam penutupan Musyawarah Nasional (Munas) VI Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Minggu (29/9/2025) di Jakarta. Di hadapan para peserta, Prabowo menegaskan pentingnya menjadi bangsa yang dewasa dalam berpolitik dan bernegara.
“Kita harus dewasa, kita harus jadi bangsa yang dewasa. Kita ingin menang, tapi juga harus siap kalah. Kalau mau belajar kalah, belajar dari Prabowo Subianto,” ujar Presiden disambut tepuk tangan hadirin.
Pernyataan itu sederhana, namun sarat makna. Prabowo tidak hanya bicara tentang kontestasi politik, tetapi juga soal kematangan mental dan moral bangsa.
Belajar Kalah, Belajar Menang dengan Terhormat
Ungkapan “kalau mau belajar kalah” menjadi inti dari pesan Prabowo. Ia menegaskan, demokrasi bukan soal siapa menang dan siapa kalah, tetapi tentang menghormati proses dan hasil.
Prabowo menjadikan dirinya contoh nyata: berkali-kali kalah dalam Pilpres, namun tidak pernah berhenti berjuang. Ia terus berpolitik, hingga akhirnya dipercaya rakyat menjadi Presiden.
“Belajar kalah” berarti menumbuhkan sikap kenegarawanan, bukan sekadar menerima hasil, tetapi juga bergerak maju membangun bangsa. Setelah kontestasi berakhir, energi politik seharusnya bersatu kembali demi Indonesia.
Makna Kedewasaan Berbangsa
Pesan Prabowo tentang “kedewasaan” mengandung nilai yang lebih luas. Dewasa berarti mampu menahan diri, menghargai perbedaan, dan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan golongan.
Dalam pandangan para akademisi, kedewasaan politik mencakup tiga hal utama:
- Menghormati perbedaan pendapat tanpa permusuhan.
- Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan partai atau kelompok.
- Tidak mudah terprovokasi oleh isu yang memecah belah bangsa.
Kedewasaan juga ditandai dengan kesiapan rakyat menggunakan hak pilih secara bijak dan menerima hasil demokrasi dengan lapang dada.
Amanat Besar untuk Bangsa
Amanat Prabowo adalah seruan moral bagi semua pihak — dari elit hingga rakyat biasa — untuk menegakkan demokrasi yang beradab. Demokrasi yang sehat menuntut kedewasaan sikap, bukan sekadar semangat perebutan kekuasaan.
Namun, pekerjaan rumah besar tetap menanti. Prabowo juga perlu menyiapkan lahirnya generasi pemimpin baru yang memiliki visi jelas, kecerdasan, karakter moral kuat, serta kemampuan adaptif dan komunikatif.
Pemimpin sejati bukan hanya cerdas, tapi juga dewasa dan benar-benar mencintai rakyatnya.
Mas Imam Nawawi