Strategi Menjadikan Indonesia Pusat Modest Fashion Dunia
TOPNEWS62.COM, Bandung, 22 Mei 2024 - Sinergi antara institusi pendidikan dan industri menjadi kunci dalam upaya pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia.
PT Asia Pacific Rayon (APR), Islamic Fashion Institute (IFI), dan Universitas Kristen Maranatha berkolaborasi dalam kegiatan bertajuk "Indonesia Modest Fashion: Strategic Priorities to Go Forward". Acara ini berlangsung di Universitas Kristen Maranatha, Bandung, dengan diisi kuliah umum oleh beberapa tokoh penting di bidang modest fashion seperti Aaliya Mia dari Dinar Standard, Dr. Md Hasib Uddin dari APS Group, Deden Siswanto dari Indonesia Fashion Chamber (IFC), dan Hanni Haerani dari IFI.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ian Syarif, membuka acara dengan menegaskan bahwa Indonesia memiliki salah satu ekosistem tekstil paling lengkap di dunia, selain India dan China. "Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemasok utama modest fashion dunia. Kolaborasi ini penting untuk mendorong pertumbuhan yang signifikan dan membutuhkan strategi konkret, baik untuk pasar domestik maupun global," ujar Ian.
Presiden Direktur APR, Basrie Kamba, menggarisbawahi pentingnya Indonesia mengikuti jejak negara-negara eksporter terbesar seperti China, Turki, dan India dalam industri modest fashion. “Dengan sumber daya yang melimpah, Indonesia seharusnya bisa menjadi salah satu eksportir terbesar,” ucap Basrie.
Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara APR dan IFI untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang fesyen. APR menyediakan beasiswa bagi calon desainer untuk mengikuti kursus desain mode di IFI selama satu tahun, khususnya untuk segmen modest fashion. “Saya berharap dengan beasiswa ini, kita bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan maju bersama,” kata Hanni Haerani, General Manager IFI.
Basrie menambahkan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia di bidang fesyen dan mendukung Indonesia menjadi pusat modest fashion dunia, sejalan dengan komitmen keberlanjutan APR2030 yang inklusif.
APR juga berkomitmen untuk mendukung perancang muda lokal dalam membangun merek mereka sendiri hingga mampu tampil di pekan fashion show kelas dunia. Salah satu contoh sukses adalah Lily Masitah, yang berhasil membawa brand fesyennya, LILCLO, tampil di Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) tahun lalu sebagai salah satu penerima beasiswa penuh dari APR yang bekerja sama dengan IFI.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Temi Sumarlin, CEO Scarf Media, dan diikuti oleh lebih dari 100 peserta, baik secara tatap muka maupun daring. Aaliya Mia dari Dinar Standard memaparkan kondisi pasar modest fashion global, menekankan pentingnya e-commerce dan promosi melalui media sosial sebagai faktor pendukung utama. “Kolaborasi dengan influencers internasional dapat memaksimalkan pengaruh brand di media sosial. Modest sport wear untuk perempuan adalah niche market yang perlu ditargetkan,” ujar Mia.
Dr. Md Hasib Uddin dari ASP Group, Bangladesh, menyoroti pentingnya elemen tertutup, sopan, dan nyaman dalam busana modest, serta semakin tingginya perhatian pada keberlanjutan. “Material yang mengusung keberlanjutan adalah elemen penting dalam modest fashion saat ini,” ungkap Hasib.
Indonesia dinilai memiliki keunggulan geografis yang memungkinkannya menjangkau pasar negara-negara muslim seperti Malaysia, Brunei, Pakistan, Turki, dan Bangladesh. Menurut State of Global Islamic Economy Report 2023/2024, Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam ekosistem fashion muslim dunia, setelah Turki dan Malaysia, dengan peluang konsumsi modest fashion global diperkirakan mencapai US$ 428 miliar pada tahun 2027.
Sesi kuliah umum juga diisi oleh praktisi dan akademisi dalam negeri. Deden Siswanto dari IFC menekankan bahwa busana modest harus berani berevolusi sesuai perkembangan zaman tanpa melanggar kaidah yang ada, memberikan pilihan berbusana yang lebih luas kepada para penikmatnya.