Mental dan Spiritual Kunci Sukses Program MBG

TOPNEWS62.COM, DEPOK -- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejatinya adalah terobosan hebat pemerintah. Namun, dalam pelaksanaannya sering kali aspek mental dan spiritual terabaikan. Akibatnya, tidak sedikit kasus anak yang justru mengalami keracunan alih-alih memperoleh manfaat kesehatan dari program ini. Sebuah ironi, mengingat Presiden Prabowo tentu menginginkan program strategis ini berjalan sukses.
Minimnya perhatian pada sisi mental dan spiritual di kalangan penyedia layanan MBG berimbas pada manajemen yang amburadul. Alih-alih mendengar kabar menggembirakan, publik justru lebih sering disuguhkan berita mengecewakan. Kasus terbaru terjadi di Mamuju, di mana sejumlah siswa keracunan akibat saus kedaluwarsa yang tercampur dalam lauk.
Jika menelusuri pemberitaan di Google per 24 September 2025 pukul 21.00 WIB, kasus serupa telah terjadi di beberapa daerah, seperti Bandung Barat, Ketapang, Mamuju, hingga Jakarta Utara. Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terus berulang?
Meneguhkan Mental
Secara umum, mental mencakup pikiran, perasaan, dan kondisi psikologis seseorang. Jika seluruh aspek ini sehat, maka seseorang dapat bekerja dengan baik dan berkomitmen pada kebenaran.
Masuknya saus kedaluwarsa dalam hidangan MBG menunjukkan adanya masalah serius pada komitmen dan integritas. Pikiran yang seharusnya jernih justru dikendalikan oleh kepentingan sesaat, entah karena kelalaian atau motif ekonomi.
Oleh sebab itu, jika program MBG ingin benar-benar sukses, selain kebijakan anggaran dan seleksi ketat penyedia, perlu dipertimbangkan adanya tes kesehatan mental, bahkan bila memungkinkan juga aspek spiritual. Manajemen bisa mengawasi aktivitas teknis, tetapi komitmen hati hanya bisa dijaga melalui mental yang sehat dan spiritualitas yang kuat.
William Glasser dalam literatur psikologi menegaskan bahwa orang yang sehat mentalnya memiliki rasa tanggung jawab. Senada, Marie Jahoda menyebutkan bahwa kesehatan mental ditandai dengan bebas dari perilaku menyimpang, memiliki empati, dan kepekaan sosial yang tinggi.
Menyatukan dan Menguatkan
Secara logis, mental dan spiritual berpengaruh besar terhadap kinerja manusia. Keduanya membentuk motivasi, konsentrasi, dan kreativitas yang menghadirkan manfaat nyata. Tanpa itu semua, manusia hanya bergerak berdasarkan naluri hewani: mengejar keuntungan dan kesenangan semata.
Orang dengan mental sehat mampu mengelola stres, tetap fokus pada kepentingan umum, dan tidak terjebak dalam kepentingan pribadi. Sementara spiritualitas membantu membentuk integritas, ketekunan, dan kesadaran untuk bekerja lebih baik.
Jika nilai mental dan spiritual tertanam dalam diri setiap penyedia MBG, maka target pembangunan manusia yang diharapkan pemerintah dapat tercapai. Namun, jika tidak, publik tentu bisa menjawab sendiri apa konsekuensinya.
Mas Imam Nawawi