TOPNEWS62.COM, BOGOR -- Pemerintah harus menyiapkan kebijakan dan infrastruktur yang mendukung lansia, termasuk layanan kesehatan khusus dan program jaminan sosial yang komprehensif. Jika dikelola dengan baik, Indonesia bisa meraih Bonus Demografi Kedua, yakni kondisi ketika lansia tetap sehat, produktif, dan sejahtera.

Salah satu solusi adalah memperpanjang masa kerja lansia. Menurut laporan UN-DESA dan penelitian Nagarajan serta Sixsmith (2023), banyak negara menerapkan opsi kerja fleksibel bagi lansia, seperti kerja jarak jauh atau kontrak paruh waktu. Di Jepang, pengkaryaan kembali pekerja lansia setelah pensiun terbukti bermanfaat bagi industri, karena mereka dapat membimbing generasi muda dan menjaga keberlanjutan inovasi.

Di Indonesia, pemerintah telah menaikkan usia pensiun menjadi 59 tahun sejak 1 Januari 2025, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun. Namun, masih banyak lansia yang bergantung pada dukungan keluarga.

Menyiapkan Lansia yang Mandiri

Laporan Aging Well in Asia dari Asian Development Bank (ADB) mencatat bahwa 50% lansia di Indonesia masih bergantung pada transferan keluarga. Bahkan, 40% lansia di kawasan Asia-Pasifik tidak memiliki dana pensiun. Oleh karena itu, ADB merekomendasikan peningkatan literasi keuangan dan kesiapan pensiun sejak dini. Kebijakan dana pensiun harus inklusif dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Menjadi tua adalah kepastian. Namun, lansia yang sehat dan mandiri bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan. Asian Development Bank menekankan empat aspek utama yang harus diperhatikan: kesehatan, pekerjaan produktif, keamanan ekonomi, dan keterlibatan sosial.

Dalam budaya dan nilai agama kita, berbuat baik kepada orang tua adalah kewajiban moral. Oleh karena itu, menghadapi penuaan bukan hanya tentang kebijakan ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan generasi yang telah berjasa bagi bangsa ini.