250 Mahasiswa Hadir Seminar Nasional Wawasan Kebangsaan: Kebijakan Hukum dan Politik Era Digital
TOPNEWS62.COM,JAKARTA, Minggu (26/05/2024) Seminar nasional ini diselenggarakan di Gedung Nusantara V, gedung utama dalam kompleks MPR/DPR/DPD Republik Indonesia. Sekitar 250 mahasiswa Fikom di Universitas Pancasila dan mahasiswa Kriminologi dari Universitas Budi Luhur Jakarta mengikuti seminar nasiona, "Wawasan Kebangsaan: Tantangan dan Peluang dalam Proses Pengambilan Kebijakan Hukum dan Politik di Era Digital" adalah tema seminar nasional yang diadakan oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila pada hari Rabu, 22 Mei 2024.
Anggota Dewan Perwakilan Republik Indonesia, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H. (tengah), dan Anna Agustina, Ph.D. (kanan) Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila adalah pembicara seminar nasional, Sementara moderator yaitu Muhamad Rosit, M.Si., Dosen Komunikasi Politik Fikom Universitas Pancasila. Tempat seminar nasional ini diselenggarakan di Gedung Nusantara V, gedung utama dalam kompleks MPR/DPR/DPD Republik Indonesia. Sekitar 250 mahasiswa Fikom di Universitas Pancasila dan mahasiswa Kriminologi dari Universitas Budi Luhur Jakarta mengikuti seminar nasional ini secara antusias dan hikmat.
Moderator, Muhamad Rosit, membuka dengan menyampaikan hasil survei Japelidi (Jaringan Pegiat Literasi Digital) tentang Index Literasi Digital dalam konteks politik yang dilakukan pada tahun 2023 lalu terhadap generasi muda di enam wilayah: Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Manado, Padang, dan Yogyakarta. Dalam survei ini menggunakan instrumen penelitian yang didasarkan pada sepuluh kompetensi literasi digital Japelidi, dengan penekanan pada pemilu sebagai ruang lingkup. "Pada dasarnya, survei tersebut menemukan bahwa generasi.muda memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mengakses informasi di media sosial, tetapi tingkat kolaborasi dan partisipasi generasi muda sangat rendah. Oleh karena itu, Muhamad Rosit menyatakan bahwa generasi muda belum memaksimalkan ruang publik virtual untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan berpartisipasi dalam politik di ruang digital.” Papar Muhamad Rosit.
Anna Agustina, Ph.D., Dekan FIKOM Universitas Pancasila, menyampaikan materi pertama, "Sebagai generasi muda, para mahasiswa harus melek digital, banyaknya disinformasi dan berita palsu menyebar dengan cepat melalui media sosial dan platform online lainnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk mengenali dan memahami sumber informasi yang jelas dan mampu berpikir kritis di tengah digitalisasi media." Dengan dasar itu, maka mahasiswa akan mampu menganalisir dan mengevaluasi sumber informasi yang jelas
Menurut Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie, "Ia menyampaikan bahwa sekarang adalah era post-truth, yakni era pasca kebenaran, di mana kita semakin sulit untuk membedakan informasi yang benar dan salah." Prof. Jimly membagi menekankan bahwa mahasiswa harus mampu membedakan mana ruang publik sebagai media realitas dan real reality. Kedua konsep ini biasanya digunakan untuk membedakan antara dunia sebenarnya (nyata) dan dunia maya yang direpresentasikan oleh media digital. Oleh karena itu, generasi muda, para mahasiswa harus hati-hati dan mampu membedakan keduanya. Apalagi, konteks perkembangan teknologi, komunikasi, dan informasi semakin canggih, bahkan kecerdasan buatan (Artificial Intelegent) kini menjadi alat yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk kebaikan maupun sebaliknya.
Sebagai Pakar Hukum Tata Negara, Prof. Jimly juga membahas hubungan antara hukum dan politik dalam pembuatan kebijakan. Dua aspek penting dari hukum adalah legalitas dan moralitas. Legalitas mengacu pada status suatu tindakan menurut hukum yang berlaku, sedangkan moralitas berkaitan dengan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.
Setelah presentasi dari narasumber, diskusi interaktif dimulai dengan beberapa peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sudah disampaikan oleh narasumber. Banyak pertanyaan kritis dan menarik yang diajukan oleh peserta membuat diskusi semakin menarik dan antusias. Kemudian seminar nasional ditutup dengan dokumentasi foto bersama dan acara ramah tamah.