Konsul Haji Dorong Pemimpin Maktab Memahami Kultur Jemaah Haji Indonesia
TOPNEWS62.COM, Jeddah (PHU) - Nasrullah Jasam, Konsul Haji dari Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, mengimbau para pemimpin maktab untuk lebih memahami latar belakang jemaah haji Indonesia, termasuk aspek budaya, pendidikan, usia, dan profesi.
Imbauan tersebut disampaikan Nasrullah dalam acara Bimbingan Teknis terintegrasi yang diselenggarakan oleh KUH KJRI bersama Masyariq di Jeddah pada tanggal 5 - 6 Mei 2024. Acara ini diikuti oleh koordinator wilayah di Daerah Kerja Bandara, Makkah, dan Madinah, serta penghubung dan pengurus maktab.
Indonesia memiliki 73 maktab yang bertugas memberikan layanan kepada jemaah haji dengan amanah dari Masyariq. Setiap maktab diwakili oleh tiga orang, terdiri atas ketua dan dua wakil, sehingga total ada 219 peserta dari 73 maktab yang mengikuti acara Bimtek tersebut.
Nasrullah menekankan pentingnya pemimpin maktab memahami keragaman jemaah haji Indonesia, baik dari segi usia, pendidikan, jenis kelamin, maupun profesi. Dari sisi usia, sekitar 45.000 jemaah haji Indonesia termasuk dalam kategori lansia (65 tahun ke atas).
"Jemaah haji Indonesia memiliki keragaman yang signifikan, mulai dari tingkat pendidikan hingga pengalaman bepergian ke luar negeri. Penting bagi para pemimpin maktab untuk memahami hal ini agar dapat memberikan layanan yang lebih baik," ujar Nasrullah.
Selain itu, Nasrullah juga menyoroti pentingnya pemahaman terhadap aspek budaya dan kultur jemaah haji Indonesia. Dengan memahami budaya dan tradisi jemaah haji, pemimpin maktab dapat memberikan layanan yang lebih sensitif dan sesuai dengan kebutuhan jemaah.
"Pemahaman terhadap budaya jemaah haji Indonesia akan membantu dalam menyusun strategi layanan yang lebih efektif. Ini akan meningkatkan kualitas layanan serta memberikan pengalaman yang lebih baik bagi para jemaah haji selama berada di Tanah Suci," tambah Nasrullah.
Lebih lanjut, Nasrullah menekankan perlunya kesadaran akan pentingnya pendidikan dan profesi jemaah haji dalam menyusun program-program layanan. Dengan memahami latar belakang pendidikan dan profesi jemaah haji, pemimpin maktab dapat merancang program-program yang lebih relevan dan bermanfaat bagi mereka.
"Kualitas layanan yang diberikan kepada jemaah haji tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur dan fasilitas fisik, tetapi juga oleh pemahaman dan kesadaran akan kebutuhan serta karakteristik jemaah haji itu sendiri," tegas Nasrullah.
Dalam konteks ini, pemimpin maktab diharapkan dapat bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan kualitas layanan haji bagi jemaah Indonesia. Kolaborasi antarinstansi dan pengelola haji di Tanah Suci diharapkan dapat memastikan bahwa semua aspek kebutuhan jemaah haji terpenuhi dengan baik.
"Melalui kerjasama yang solid dan pemahaman yang mendalam terhadap jemaah haji Indonesia, kita dapat memastikan bahwa setiap jemaah mendapatkan pengalaman haji yang aman, nyaman, dan bermakna," pungkas Nasrullah.