Home > Nasional

Bom Waktu Pondok Pesantren

Dahulu ada seorang kiayi yang sering mengatakan, quotApa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu kerjakan adalah pendidikan.quot
Dok. TOPNEW62.COM
Dok. TOPNEW62.COM

TOPNEWS62.COM, BOGOR -- Fenomena pendidikan pondok pesantren yang tidak dikelola dengan baik, hanya akan menambah deretan trauma bagi orang yang tinggal di dalamnya dan turunnya minat seseorang untuk memasukkan anak atau dirinya ke pondok pesantren.

Berita demi berita tak henti-hentinya memberikan stigma negatif tentang pendidikan pondok pesantren.

Ulasan demi ulasan tak henti-hentinya bermunculan, ada rasa ketidakpuasan karena tingginya ekspektasi yang diharapkan dari pendidikan di pondok pesantren.

Sistem pendidikan pondok pesantren sudah lebih dulu ada sebelum penjajahan kolonial dan kemerdekaan Indonesia.

Dari dulu dianggap sebelah mata, ditambah adanya dukungan kolonial kepada pendidikan non pesantren yang bertajuk "sekularisme", pendidikan yang hanya memberi pelajaran, mendapatkan ijazah dan mencari pekerjaan. Tidak ada atau sangat sedikit porsinya pelajaran yang membekali peserta didik dengan ketakwaan kepada Allah azza wa jalla. Sehingga hanya melahirkan manusia yang "berilmu", tapi kurang bermoral.

Padahal pondok pesantren adalah tempat yang seharusnya bisa menghasilkan orang yang cerdas secara keilmuan, dan baik secara moral. Inilah visi pendidikan yang benar.

Untuk mewujudkan lembaga pendidikan yang berkualitas, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh lembaga tersebut, yaitu dasar nilai yang tinggi, sistem yang baik, dan disiplin yang tinggi.

Pendidikan secara istilah bukan hanya sekedar pengajaran atau kegiatan belajar mengajar (KBM), tetapi pendidikan adalah:

1. Pengajaran. Mengajarkan dasar-dasar dan kaidah-kaidah dari seluruh bidang keilmuan.

2. Pendidikan adalah penugasan. Mereka diberikan tugas, diberikan amanah, diberi berbagai macam kegiatan-kegiatan positif.

3. Pendidikan adalah pelatihan. Mereka dilatih untuk bisa beribadah dengan benar, mandiri, bisa bersosialisasi, dan bermasyarakat, dilatih kepimimpinan, dan lain-lain dari bekal kehidupan selama di dunia dan bekal kemudian di akhirat.

4. Pendidikan adalah pembiasaan. Mereka dibiasakan berdisiplin, tepat waktu, dibiasakan untuk mengisi kegiatan sehari-sehari dengan kegiatan yang bermanfaat.

5. Pendidikan adalah pengawasan. Tidak hanya diberi tugas kemudian ditinggalkan, tidak hanya didisiplinkan kemudian ditelantarkan, tidak hanya diberi aturan kemudian dilepaskan. Harus terkontrol dengan baik apakah berjalan atau tidak, harus diawasi dan diperhatikan.

6. Yang terakhir pendidikan adalah keteladanan (uswah hasanah). Disinilah peran guru sangat dibutuhkan karena sebaik-baiknya pendidikan adalah pendidikan keteladanan. Mengajarkan keteladanan kepada mereka bahwa aturan berlaku bagi semuanya, tidak tajam ke bawah, tidak tumpul ke atas, siapapun yang melanggar tetap dihukum.

Point keenam ini yang saya selalu mencoba untuk mempraktikannya kepada diri saya pribadi dan para santri, "Kalau anak saya bicara kotor dan kasar, sentil mulutnya. Demikian pula, ketika saya mendapati kalian yang ternyata mengajarkan itu pada anak-anak, maka hukuman setimpal untuk kalian."

Inilah yang biasa disebut dengan pendidikan karakter. Dan pendidikan karakter sebenarnya sangat efektif ketika seseorang hidup di lingkungan pondok pesantren. Karena, tiga kurikulum terintegrasi di dalam pesantren. Rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Para santri dididik selama 24 jam penuh!

Dari bangun tidur hingga tidur lagi, keenam elemen pendidikan melekat pada mereka. Nah, disanalah pendidikan integral tercipta. Semua aspek kehidupan ada di pondok pesantren, sehingga dahulu kita para santri menyebutnya, "seperti negara kecil". Bukan berarti membuat kedaulatan baru yang menentang pemerintah sah, tapi semua aspek kehidupan ada di dalamnya!

Santri diajarkan, dilatih, dikontrol, dibimbing dan dievaluasi -bukan sekedar menghadapi mata pelajaran di dalam buku kurikulumnya, tapi juga diajarkan, dilatih, dibimbing, dikontrol dan dievaluasi untuk menghadapi tantangan kehidupan di luar sana dengan ilmu yang sudah dipelajarinya, baik dari pelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

Juga bagaimana para santri memiliki (problem solving) yang baik -memiliki kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menemukan solusi efektif untuk mengatasi masalah.

Ketika ini semua ada dalam pendidikan pondok pesantren, maka para santri akan memiliki karakter yang kuat, tidak cengeng dalam menjalani hidup, tidak baperan, tidak mudah sakit hati. Karena dirinya telah tertempa sedemikian rupa, sehingga menjadi pribadi yang siap untuk menjalani hidup.

Demikian pula penunjang yang tidak kalah penting dalam dunia pendidikan, yaitu ketersediaan sarana prasarana yang layak, pengelolaan administrasi dan keuangan yang baik, cerdas dalam memilih prioritas penyalurannya, dan realistis dengan kondisi dan keadaannya. Sehingga masyarakat yang ada di dalamnya mendapatkan kelayakan hidup dan mampu memberikan yang terbaik dan maksimal kepada peserta didik, demikian peserta didik mendapatkan kelayakan fasilitas yang sesuai dengan apa yang mereka keluarkan.

Inilah bentuk pendidikan pondok pesantren yang diharapkan menjadikan orang yang ada di dalam dan di luarnya mendapatkan pendidikan.

Dahulu ada seorang kiayi yang sering mengatakan, "Apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu kerjakan adalah pendidikan."

Semoga sedikitnya coretan ini bisa menjadi perbaikan untuk kita semua.

Wallahul musta'an.

Abu Abdullah Al-Bantani

Bogor, 12 Syawal 1446H/ 11 April 2025

× Image