Home > Nasional

Penguatan Peringatan Dini Banjir Lahar di Gunung Semeru

BNPB bekerja sama dengan Pemerintah Swiss melakukan serangkaian kegiatan penguatan peringatan dini bahaya banjir lahar dingin di Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur
Dok. BNPB
Dok. BNPB

TOPNEWS62.COM,LUMAJANG – BNPB bekerja sama dengan Pemerintah Swiss melakukan serangkaian kegiatan penguatan peringatan dini bahaya banjir lahar dingin di Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, dilansir dari Pusdatin KK BNPB pada 20 – 24 Januari 2025. Semeru merupakan gunung api aktif yang sangat berpotensi menyebabkan bahaya sekunder di wilayah tersebut.

Beberapa kegiatan yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC) yaitu lokakarya, diskusi kelompok terpusat dan survei lokasi merupakan penguatan sistem peringatan dini banjir lahar. Setiap tahun, ketika musim hujan tiba, warga yang berada di lereng dan sungai yang berhulu dari puncak gunung, berpotensi terpapar ancaman bahaya banjir lahar.

Dalam kegiatan lokakarya, Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosya menyampaikan, peringatan dini melibatkan semua instansi dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah. Integrasi sistem yang ada harus dilakukan dan tidak bisa bekerja sendiri apalagi terkait dengan peringatan dini banjir lahar.

“Banjir lahar melibatkan kerja sama dari berbagai pihak seperti instansi pemantau ancaman bahaya, dinas terkait dan masyarakat sebagai penerima manfaat peringatan,” ujar Afrial.

Constance Jaillet, Program Manager SDC juga menyampaikan Swiss mempunyai pengalaman serupa banjir lahar tetapi diakibatkan oleh runtuhan material (debris). Menurutnya, untuk merespons peringatan dini banjir lahar, perlu kerja sama berbagai pihak. Ia mengatakan, berbagi data dan peran para aktor dalam peringatan dini banjir sangat penting.

Di samping itu, Constance mengatakan, pemantauan banjir lahar perlu memberikan waktu lebih lama untuk persiapan evakuasi bukan mendadak dalam hitungan menit atau detik ketika debris sudah menjadi ancaman banjir.

“Perlu adanya platform dalam membangun sistem pemantauan terintegrasi antar pihak sehingga bermanfaat bagi warga terdampak,” tambah Constance.

Selain penguatan dalam integrasi pemantauan lahar, diperlukan juga pembangunan sirene sebagai media diseminasi peringatan dini ke masyarakat. Sirine dapat mempercepatkan menyampaikan diseminasi ancaman lahar dingin. Kecepatan lahar dingin mengalir dapat melebihi kecepatan awan panas oleh karena itu dibutuhkan media diseminasi seperti sirine. Tetapi tentunya pemasangan sensor dan sirene perlu memperhatikan keberlanjutan pemeliharaan peralatan.

Sementara itu, pada lokakarya rencana penentuan lokasi sirine pada tanggal 21 Januari 2024 Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lumajang Patria DH menyampaikan, dinamika yang ada di masyarakat memang sangat variatif sehingga peran masyarakat memang sangat penting untuk keberlanjutan program yang ada, baik perawatan alat hingga kesiapan masyarakat untuk merespons setiap informasi dan risiko yang ada.

Ia menambahkan, komitmen keberlanjutan memerlukan peran kuat antara pemerintah daerah dan warga mulai dari adanya penganggaran, personal yang memantau peralatan dan keamanan dari pencurian.

Rangkaian kegiatan ini melibatkan peran para ahli di BMKG, PVMBG, PU, BBWS, BNPB dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam integrasi pemantauan lahar dingin. Sistem pemantauan akan diperkuat melalui sensor hidrologi, dan geologi yang diperlukan.

Selain itu penentuan lokasi sirine juga melibatkan peran kepala desa, Forum Pengurangan Risiko Bencana Lumajang dan warga dalam menentukan titik lokasi yang tepat dan keberlanjutan pemeliharaan peralatan. Rencananya kegiatan ini akan diteruskan dengan pembangunan sirine, sensor dan penguatan kapasitas warga.

Letusan besar Gunung Semeru pada tahun 2021 menyebabkan 64 orang meninggal dan lebih dari 10.000 jiwa mengungsi. Sedangkan periode Januari sampai dengan Juli 2023, banjir lahar merusak infrastruktur publik, seperti jembatan dan rumah.

× Image