Liaison Officer EMT MER-C: Kekejaman Israel di Tengah Pembicaraan Gencatan Senjata Tidak Berkurang
TOPNEWS62.COM, GAZA -- Liaison Officer Emergency Medical Team (EMT) MER-C, Marissa Noriti, mengungkapkan bahwa meskipun pembicaraan gencatan senjata sedang berlangsung, kekejaman Israel di Jalur Gaza tetap tidak menunjukkan penurunan.
“Di tengah pembicaraan gencatan senjata yang sedang berlangsung, kekejaman Israel terhadap warga Gaza tidak berkurang sedikit pun,” ujar Marissa, yang saat ini masih bertahan di Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina, pada Ahad (5/1), melaporkan bahwa serangan Israel kembali menyebabkan korban jiwa dengan 48 syahid dan 75 orang terluka. Pada hari Senin, serangan di berbagai lokasi seperti Kamp Pengungsian Bureji, Sheikh Ridwan, dan Rafah mengakibatkan 28 orang syahid. Sementara itu, pada hari Rabu, Wakil Menteri Kesehatan Palestina melaporkan bahwa 17 orang menjadi syuhada, 13 di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, di kamar mayat Nasser Hospital.
Sejak awal tahun, lebih dari 250 warga Gaza telah syahid. Sejak agresi 7 Oktober 2023, sebanyak 1.058 pekerja medis telah dibunuh oleh penjajah Israel, dan 450 lainnya ditahan.
“Kabar terbaru yang menyedihkan adalah bahwa Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safiya, saat ini ditahan di Sde Teyman, sebuah penjara yang dikenal dengan metode penyiksaan yang sangat kejam. Penyiksaan di penjara ini sebelumnya telah menyebabkan tewasnya seorang tenaga kesehatan, Dr. Adnan Albursh, dan hingga kini jenazahnya belum diserahkan oleh pihak Israel kepada pemerintah Gaza,” jelas Marissa.
Marissa juga menyoroti krisis bahan bakar yang semakin memburuk akibat blokade Israel yang mempersulit izin masuk bantuan kemanusiaan, termasuk suplai bahan bakar. “Sering kali, ketika bantuan akhirnya diizinkan masuk, pihak Israel menginstruksikan sekelompok orang untuk mencuri dan merampok bantuan tersebut di bawah perlindungan militer Israel,” ungkapnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina.
Lebih parah lagi, pihak Israel bahkan menembaki konvoi Program Pangan Dunia PBB (WFP) yang terdiri dari delapan staf dengan tiga kendaraan anti peluru. “Meskipun telah mendapatkan clearance, konvoi ini ditembaki dengan sekitar 16 peluru. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini,” tambahnya.
Serangan di sekitar Rumah Sakit Indonesia turut mengakibatkan seorang perawat, Nour Al Moqayyad, mengalami luka parah di kepala. Menurut informasi terbaru, RS Indonesia telah menerima pasokan air, makanan, dan sejumlah obat-obatan dari Kementerian Kesehatan Palestina. Namun, suplai ini hanya cukup untuk beberapa hari. Saat ini, terdapat delapan pasien, sembilan pekerja medis, dan empat anak-anak yang masih bertahan di RS Indonesia.
Marissa menegaskan bahwa akses bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mendukung eksistensi rumah sakit di Gaza Utara. “Rumah sakit ini sangat diperlukan oleh ribuan penduduk yang masih bertahan di tengah kondisi yang semakin memburuk,” pungkasnya.