Mengenal Lebih Dekat Wisata Pertunjukan Lenong Betawi
TOPNEWS62.COM-Jakarta (19/02/2024) – Lenong merupakan salah satu seni teater tradisional dari Jakarta, yang merupakan sandiwara rakyat Betawi menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek Betawi. Teater ini diiringi musik gambang kromong yang terdiri atas berbagai macam alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, dan juga alat musik yang berasal dari Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong.
Biasanya, skenario lenong berkembang dari humor tanpa plot cerita yang dirangkai sehingga menjadi pertunjukan semalam dengan lakon yang panjang dan utuh. Lenong dilengkapi dengan dekorasi yang disesuaikan dengan setiap babak pada cerita. Lenong biasa dimulai dengan dimainkan musik lagu-lagu berirama Mars untuk mengundang penonton. Pada pembukaan acara, dimainkan acara Hormat Selamat dengan lagu Angkat Selamet. Selain itu, pada acara tambahan biasanya menggunakan lagu khas Betawi seperti Jali-jali, Persi, Stambul, dan lain-lain.
Asal Usul Sejarah Lenong kesenian Betawi
Awalnya, lenong dilakukan dengan cara mengamen dari kampung ke kampung dan diadakan di tempat terbuka tanpa panggung. Lalu, ketika pertunjukan sedang berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton untuk meminta sumbangan sukarela. Kemudian, lenong mulai muncul dalam acara di panggung seperti resepsi pernikahan. Di awal kemerdekaan, kesenian teater ini baru menjadi tontonan panggung
Lenong yang dikenal saat ini merupakan perpaduan antara kesenian Gambang Kromong dengan lawakan, atau disebut pula teaterisasi dari Gambang Kromong. Kata ? Lenong? konon diambil dari nama seorang pedagang China yang bernama Lien Ong. Menurut cerita rakyat, Lien Ong ini yang biasa menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong untuk menghibur masyarakat dan khususnya dirinya beserta keluarganya. Lenong Betawi berkembang, paling tidak sejak awal abad ke-20.
Sementara kesenian Gambang kromong yang menginspirasi Lenong sudah dikenal sejak 1920-an. Lenong adalah seni teater rakyat atau pertunjukan rakyat dari Betawi. Dilihat sejarahnya berasal dari Cina. Lenong biasa dilengkapi dengan dekor yang disesuaikan dengan babak cerita. Pertunjukan dimulai dengan musik gambang kromong dengan lagu-lagu khas betawi seperti jali-jali, Persi, Stambul, Cente Manis, Balok, dan lain sebagainya. Cerita lakon biasanya berkisar tentang kerajaan. Seni lenong biasa disebut juga dengan Lenong Denes dan Lenong Preman. Lenong Denes biasanya menyajian cerita kerajaan (bangsawan) yang bajunya mewah, perabot mewah.
Sedangkan lenong preman berkisar kehidupan sehari-hari yang mengisahkan jagoan, tuan tanah, drama rumah tanggal dll. Pertunjukan Lenong Betawi ada 4 bagian yakni teknis pementasan, meliputi penyutradaraan, plot, struktur, sifat cerita. Kedua bentuk pementasan meliputi selingan, warung kopi, mencakup dialog dan monolog, musik, nyanyi, tari, dan lain-lain. Ketiga, tata pentas yang terbagi dalam panggung, dekorasi, kostum, dan alat musik. Keempat, membicarakan struktur organisasi dan keuangan. Pementasan lenong Betawi meliputi pembukaan, hiburan, lakon dan cerita. Acara pembukaan diisi dengan lagu-lagu irama gambang kromong pada pukul 21.30.
Pementasan lenong baru dimulai pukul 22.00 dan berakhir saat sebelum adzan Subuh. Alur cerita dibagi 3 pokok yakni darip pertama merupakan pendahuluan yang akan mengantarkan cerita, drip kedua merupakan pertemuan dua kelompok yang bermasalah dan drip ketiga merupakan pemecahan masalah. Adapun anggota semuanya terdiri dari panjak (pemain lenong), ronggeng (penari), bador, pemusik, pendekar dan sutradara.
Adapun fungsi sosial Lenong Betawi adalah sebagai sarana hiburan dan sekaligus pendidikan pada masyarakat. Lenong Preman Lenong Preman merupakan suatu pertunjukkan yang memungkinkan terciptanya komunikasi dua arah antara pelakon dan penontonya. Bahasa betawi yang dipergunakan dalam Lenong ini turut menciptakan suasana keakraban dan cairnya pembatasan antara pelakon dan penonton. Dialog dalam lakon biasanya bersifat polos dan spontan, sehingga menimbulkan kesan kasar, kurang sopan dan bahkan porno. Karena cerita yang dibawakan masalah sehari-hari, kostum yang digunakannya pun pakaian sehari-hari. Lenong Preman banyak menampilkan adegan laga atau action.
Para permainan Lenong pun kebanyakan mahir bermain silat. Aliran silat yang umurnnya dikuasai pemain Lenong Preman adalah aliran silat Bekasi. Misalnya aliran silat Cimande, Cikalong, Kelabang Nyebrang, atau Cingkrik Lenong preman tersebar di berbagai daerah di wilayah budaya Betawi, seperti di beberapa tempat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten tangerang. beberapa rombongan lenong preman antara lain lenong preman, "Gaya baru", di Gunung Sindur, milik Liem Kim Song, "Setia kawan" di teluk Gong milik Nio Hok san, "Tiga Saudara" di Mauk, Tangerang, milik Pak Ayon, "Sinar Subur" di Bojongsari, milik Asmin." (Dinas Kebudayaan Dan permuseuman propinsi DKI Jakarta, Ikhtisar Kesenian Betawi, 2003) Lenong Denes Lenong Denes merupakan pertunjukan teater yang berisi cerita mengenai dinamika pemerintahan yang saat itu dipegang oleh penjajah. Gaya bahasa yang digunakan cenderung halus, seperti saya-anda, tuan, dsb.
Dialognya pun sebagian besar dinyanyikan. Hal ini berbeda dengan jenis Lenong Preman yang lebih banyak menggunakan bahasa Betawi. Akibatnya, dalam lenong Denes, para pemainnya sulit mengekspresikan humor. Agar pertunjukan bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa Betawi. Adegan-adegan perkelahian dalam lenong denes tidak menampilkan silat, tetapi tinju, gulat, dan main anggar (pedang). Lenong Denes terkesan lebih elitis daripada lenong Preman. Lenong denes diasumsikan berdasarkan sudut pandang golongan menengah atas. Panggung pertunjukan : karena Lenong Denes biasa digelar di suatu tempat pemerintahan, maka cenderung lebih eksklusif dibanding lenong preman, yaitu menggunakan panggung berukuran 5 x 7 meter. Panggung ini didekor dengan baik. Penggunaan dekor atau seben untuk menyatakan susunan adegan-adegan. Misal ada dekor singgasana, taman sari, hutan, dan sebagainya. Musik pengiring lenong denes adalah gambang kromong. Dalam adegan perkelahian alat musik pengiringnya ditambah dengan tambur. Adapun lakon yang ditampilkan adalah seputar cerita-cerita kerajaan seperti: Indra Bangsawan, Jula-Juli Bintang Tujuh, Danur Wulan, dan cerita-cerita yang diambil dari Cerita 1001 Malam.
Perbedaan yang paling jelas terlihat antara lenong Denes dengan Lenong Preman adalah jenis pakaian atau kostum yang digunakan. Busana yang dipakai oleh tokoh-tokoh dalam Lenong Denes biasanya sangat gemerlapan seperti halnya raja, bangsawan, pangeran, putri, hulubalang. Hal ini tentu berbeda dengan lenong Preman, dimana busana yang digunakan cenderung busana sehari-hari yang biasa dijumpai. Dari perbedaan-perbedaan yang ada dapat dilihat bahwa lenong Preman lebih merakyat dan mampu diterima oleh banyak kalangan. Lenong Denes justru mampu bertahan di masa Pemerintahan Belanda karena isinya yang cenderung elitis dan tidak konfrontatif terhadap penguasa. Kondisi bertolak belakang pada saat ini, dimana Lenong Denes lebih sulit untuk bertahan, bahkan ada kecenderungan bahwa pemain lenong muda merasa asing dengan konsep yang diusung Lenong Denes.
Di antara sekian banyak bentuk seni pertunjukan rakyat Betawi, yang membuat orang tertawan dan paling terkenal yaitu Lenong. Ciri khas lenong adalah dalam setiap adegan terjadi improvisasi dalam dialog, tarian dan humor. Lenong pada awalnya merupakan bentuk teater bermain peran sebagai hasil perkembangan berbagai seni teater yang datang sebelumnya.
Dilihat dari bentuk ceritanya dari wacana di atas, ada dua jenis lenong, yaitu Lenong Denes atau Dines dan Lenong Preman atau Jagoan.
1. Lenong Denes atau Dines , Cerita-cerita dalam Lenong Dines berlatar belakang raja-raja dan bangsawan, umumnya dengan cerita-cerita dari budaya Melayu seperti Hikayat Indra Bangsawan dan Hikayat Syah Mardan, tetapi ada juga cerita-cerita dari luar Melayu yang umumnya diambil dari karya-karya Shakespeare, Hamlet, King Lear, Othello, dan sebagainya. Acara pertunjukan Lenong menggunakan seragam yang disesuaikan dengan tema cerita.
2. Lenong Preman umumnya berbicara tentang kehidupan sehari-hari orang Betawi, tentang pendekar atau jawara atau jagoan dan pahlawan, misalnya Si Ayub Jago Betawi, Si Gondrong Jago Kwitang, Si Pitung dan Si Jampang. Dalam pertunjukannya, Lennong preman mengenakan pakaian sehari-hari dengan ciri khas yang biasa digunakan oleh para pendekar, jawara, jagoan dan pahlawan. Adegan seni bela diri sering ditampilkan di preman Lennong.
Kisah Asal-Usul Lenong kesenian Betawi. Ada dua versi mengenai asal usul lenong. Versi pertama menyebutkan bahwa Lenong erat kaitannya dengan seni pertunjukan di Tiongkok, yang dikembangkan di Betawi oleh orang Tionghoa Peranakan di kawasan perkebunan milik Tionghoa.
Salah satu ciri pengaruh budaya Tionghoa adalah penggunaan gambang kromong, seperti Yang Kim, Su Kung, Ho Siang, Tian, gi Hian, Kong Ahian, Sembian, dan pan (kecrek).
Karena sulit ditemukan di luar negeri, maka alat musik kromong ini kemudian Yang Kim digantikan oleh Gambang, sehingga disebut Gambang kromong. Lenong dan Gambang Kromong saat itu menjadi hiburan bagi tuan tanah dan para tamunya.
Kisah Asal-Usul Lenong kesenian Betawi. Versi kedua menyebutkan, Lennong berasal dari Persia. Dalam pertunjukannya membawakan sastra yang dipertontonkan sama dengan teater komedi Persia.
Komedi Persia menyebar di Sumatera dibawa oleh saudagar Persia, hingga tahun 1886 muncul teater seperti Lenong di Riau bernama Abdul Maluk. Kemudian Abdul Maluk membawanya ke Batavia.
Kisah Asal-Usul Lenong kesenian Betaw. Pada tahun 1914, seni teater Abdul Maluk di Batavia disebut Wayang Dermuluk. Semua pemainnya adalah laki-laki. Sedangkan lakon perempuan tetap diperankan laki-laki yang berpakaian seperti wanita juga berperan sebagai wanita.
Umumnya Wayang Dermuluk menyajikan cerita tentang raja dan bangsawan, seperti Hikayat Abdul Muluk, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Johar Manik dan lain-lain. Pada tahun 1923 Wayang Dermuluk tidak lagi dikenal di Batavia. Namanya menjadi Wayang Sumedar, karena terjadi perubahan pada aspek ragam hias dalam dekorasi.
Pada Wayang Dermuluk hiasan kelambu menggunakan rangkaian batu-batu marjan atau batu karang, sedangkan pada Wayang Sumedar menggunakan krey. Perubahan juga terjadi pada beberapa alat musik pengiring, seperti gendang barongsai yang digantikan oleh gendang tanji.
Tak lama kemudian, Wayang Sumedar berganti nama menjadi Wayang Senggol, karena dalam adegan pertempuran dilakukan dengan cara mendorong badan, yang disebut juga perang daki. Alat musik symbian (mandolin) yang mengiringi kesenian ini digantikan oleh harmonium.